Keberadaan perantauan asal Kabupaten Lamongan menyebar di seluruh Indonesia, baik yang berjualan kuliner maupun yang mengadu nasib dengan bekerja di luar kuliner.
Merantau ke luar daerah dengan alasan bekerja atau menuntut ilmu bukan hal aneh bagi masyarakat Indonesia.
Namun, dimanapun dan apapun kota tempat rantauannya, yang namanya kampung halaman atau tanah kelahiran selalu punya magnet kuat dan menjadikan dirinya bangga akan daerah asalnya.
Salah satu paguyuban Warga Belu Lamongan (WBL) asal Sekaran yang berada di Belu Nusa Tenggara Timur (NTT), jauh-jauh pulang kampung demi menghadiri Festival 1001 Pecel Lele yang diadakan di Lapangan Bintang Arut Desa/Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
“Hal ini untuk membuktikan bahwa perantauan sangat menunjung tinggi jiwa solidaritas, serta punya rasa persudaraan yang kuat. Para pejuang kuliner yang berbasis di luar daerah,” ungkap Faisol Sholakhudin Ghoni, ketua paguyuban WBL. Sabtu (10/12).
Ketua Paguyuban Udin bersama rombongan bertemu dan berbincang langsung dengan orang nomor satu di Lamongan, yakni Bupati Lamongan Dr. H. Yuhronur Efendi, MBA., yang akrab disapa Pak Yes tersebut.
Lebih lanjut, kata Udin panggilan akrab Ketua paguyuban WBL, kehadiran kami juga bertujuan akan mengundang Bupati Lamongan Yuhronur, dengan harapan berkenan bisa hadir pada pengukuhan persatuan perantau asli Lamongan yang berada di Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur nantinya.
“Kami adalah warga asli Lamongan yang merantau untuk mengadu nasib di NTT berjualan basis kuliner yang kami geluti selama ini, hadir ke kampung halaman yakni Kabupaten Lamongan yang kami cintai” tambah Udin.
Lanjutnya, direncanakan kami akan mengundang Bupati Lamongan pada bulan Mei 2023, dan soal tanggalnya kita mengikuti jadwal dari Pak Bupati, karena kita semua tahu tahu kegiatan pak Bupati sangat padat.
Meski demikian, Bupati Yuhronur saat perihal undangan dari WBL, menjelaskan, “Ya tidak apa-apa, tetapi jadwalnya jangan mepet,” imbuhnya singkat.
Disampaikan, sebanyak 2.000 lebih warga Lamongan yang berada di Belu Nusa Tenggara Timur, yang berjualan kuliner maupun yang mengadu nasib dengan bekerja di luar kuliner.
Kami merasa berbangga hati, jika pak Bupati bisa dan ada waktu berkenan hadir memenuhi undangan kami sebagai warga Lamongan yang ada di perantauan tepatnya di Belu Nusa Tenggara Timur.
Kedatangan Bupati Lamongan ke Belu NTT tidak hanya sekedar menyapa warga Lamongan yang berada di Belu, melainkan sebagai momentum terhormat dan kami semua merasa tersanjung.
Selain itu, dalam pengukuhan persatuan asli Lamongan Di NTT nanti direncanakan akan digalar bakti sosial (baksos), seperti halnya akan laksanakan kegiatan khitanan massal, pemberian santunan yatim piatu, dan masih banyak lagi,” ucap Udin.